Dikerjakan Oleh:
INNEKE
M. F, AGUSTININGTYAS M, ENDANG W, PROBO S
TM8/MAP/UB
1. Latar Belakang dan Sejarah Perkembangan
Eropa pernah diperintah kerajaan
Romawi yang telah mewariskan sistem feodalistik. Dalam rentang waktu antara
abad ke-14 sampai abad ke-16 muncul apa yang disebut kelas bourgeois
mengiring tahap feodal dimana keduanya saling mengisi. Kemudian sejak awal abad
ke-16 secara bertahap fase borjuis disusul dengan fase kapitalisme. Maka yang
pertama kali muncul ialah seruan kebebasan menyusul seruan-seruan nasionalisme sekuler dan penciutan
dominasi spiritual Paus. Di
Perancis kemudian muncul aliran bebas pada pertengahan abad ke-18 yang
melahirkan kaum naturalis.
Kapitalisme adalah sistem
perekonomian yang memberikan kebebasan secara penuh kepada setiap orang untuk
melaksanakan kegiatan perekonomian seperti memproduksi barang, menjual barang,
menyalurkan barang dan lain sebagainya. Dalam sistem ini pemerintah bisa turut
ambil bagian untuk memastikan kelancaran dan keberlangsungan kegiatan
perekonomian yang berjalan, tetapi bisa juga pemerintah tidak ikut campur dalam
ekonomi.
Dalam perekonomian kapitalis setiap
warga dapat mengatur nasibnya sendiri sesuai dengan kemampuannya. Semua orang
bebas bersaing dalam bisnis untuk memperoleh laba sebesar-besarnya. Semua orang
bebas malakukan kompetisi untuk memenangkan persaingan bebas dengan berbagai
cara.
Akar
kapitalisme dalam beberapa hal bersumber dari fisafat Romawi Kuno. Hal itu muncul pada ambisinya untuk memiliki
kekuatan dan meluaskan pengaruh serta kekuasaan. Kapitalisme berkembang secara
bertahap dari feodalisme bourgeoisme
sampai kepada kapitalisme. Selama proses itu berlangsung telah berkembang
berbagai pemikiran dan idiologi yang melanda dalam arus yang mengarah kepada
pengukuhan hak milik pribadi dan seruan kebebasan.
Pada dasarnya kapitalisme tegak di
atas pemikiran aliran bebas dan aliran klasik. Kapitalisme pada dasarnya
memerangi agama. Pada mulanya bersifat pembangkangan terhadap kekuasaan gereja.
Akhirnya membangkang tiap peraturan yang mengandung moral. Kapitalisme tidak
mementingkan peraturan bermoral kecuali menimbulkan manfaat pada dirinya
khususnya dari segi ekonomi. Pemikiran dan pandangan yang muncul akibat
revolusi industri di Eropa berperan menonjol dalam membatasi gejala-gejala
kapitalisme. Kapitalisme menyeru dan membela liberalisme. Tetapi kebebasan
politik telah berubah menjadi kebebasan moral dan sosial. Selanjutnya berubah
menjadi permisifisme.
Kaum
kapitalis memandang kebebasan adalah suatu kebutuhan bagi individu
untuk menciptakan keserasian antara dirinya dan masyarakat. Sebab kebebasan itu
adakah suatu kekuatan pendorong bagi produksi karena ia benar-benar menjadi hak
manusia yang menggambarkan kehormatan kemanusiaan.
Motivasi teori modernisasi untuk
merubah cara produksi masyarakat berkembang sesungguhnya adalah usaha merubah
cara produksi pra-kapitalis ke kapitalis, sebagaimana negara-negara maju sudah
menerapkannya untuk ditiru. Selanjutnya dalam teori dependensi yang bertolak
dari analisa Marxis, dapat dikatakan hanyalah mengangkat kritik terhadap
kapitalisme dari skala pabrik (majikan dan buruh) ke tingkat antar negara
(pusat dan pinggiran), dengan analisis utama yang sama yaitu eksploitasi.
Demikian halnya dengan teori sistem dunia yang didasari teori dependensi,
menganalisis persoalan kapitalisme dengan satuan analisis dunia sebagai hanya
satu sistem, yaitu sistem ekonomi kapitalis.
Para
propagandis kapitalisme yang terkenal
antara lain Francois Quesnay, John Locke, Adam Smith, David Ricardo, Robert
Malhus, John Stuart Mill, Lord Keynes dan David Hume. Francois Quesnay, lahir
di Versailes Perancis dan bekerja sebagai dokter di istana Louis XV. Tetapi ia
lebih mengutamakan bidang ekonomi dan mendirikan aliran lesphisiocrates.
Tahun 1756 ia menerbitkan dua buah makalah tentang para petani dari selatan.
Pada tahun 1758 ia menerbitkan tabel ekonomi yang disebut La Tableau
Economique yang di dalamnya digambarkan peredaran uang di dalam masyarakat sebagai peredaran
darah. Tentang tabel tersebut Mirabeau berkata “Di dunia ini terdapat tiga
penemuan besar yaitu tulisan mata uang dan tabel ekonomi.”
John Locke
meramu teori naturalisme liberal.
Tentang hak milik ia berkata “Hak milik pribadi adalah salah satu hak alam dan
instink yang tumbuh bersama pertumbuhan manusia. Karena itu tak ada seorangpun
yang mengingkari instink ini.”
Adam Smith
adalah penganut aliran klasik terkenal. Ia lahir di kota
Kirkcaldy Scotlandia. Belajar filsafat dan pernah menjadi guru besar logika di
Universitas Glasgow. Tahun 1766 ia pergi ke Perancis dan bertemu dgn para
penganut liberalisme. Tahun 1776 ia menerbitkan The Inquiry Into The Nature
And Causes of The Wealth of The Nations (disingkat The Wealth of The Nations).
Buku inilah yang dikatakan kritikus Edmund Burke sebagai karya tulis teragung yang
pernah ditulis manusia. Adam
Smith banyak membahas unsur-unsur penting di dalam pasar yang digerakkan invisible hand, misalnya tentang modal,
tanah, dan pekerja. Deskripsi normatif dari sistem kapitalisme itu sendiri,
antara lain: gambaran manusia merdeka yang legal secara politis maupun ekonomi.
Didalam kegiatan ekonomi, buruh dan pekerja menjual tenaganya kepada pemilik
modal di pasar tenaga kerja dengan kontrak. Terdapat eksisitensi pasar komoditi
yang harganya ditentukan oleh mekanisme pasar dan invisible hand. Setiap individu bekerja dengan tujuan untuk mencari
keuntungan secara maksimal karena faktor kelangkaan sumber daya. Inti
pemikiran Smith adalah bahwa proses produksi dan distribusi ini harus lepas
dari campur tangan pemerintah dan perdagangan bebas. Proses ekonomi hanya akan
berjalan melalui tangan-tangan tak kelihatan yang mengatur bagaimana produksi
dan distribusi kekayaan ekonomi itu berjalan secara adil. Biarkan para
pengusaha, tenaga kerja, pedagang bekerja mencari keuntungan sendiri. Siapapun
tak boleh mencampurinya, karena ekonomi hanya bisa muncul dari perdagangan yang
adil. Karenanya, pemerintah harus menjadi penonton tak berpihak. Ia tak boleh
mendukung siapapun yang sedang menumpuk kekayaan, pun yang tak lagi punya
kekayaan. Tangan-tangan yang tak kelihatan akan menunjukkan bagaimana semua bekerja
secara adil, secara fair.
David
Ricardo membahas hukum pembagian hasil per-kapita dalam ekonomi
kapitalisme. Teorinya yang terkenal ialah Hukum Pengurangan Penghasilan. Kata orang ia berorientasi falsafati
yang bercampur dengan dorongan moral. Hal ini didasarkan kepada ucapannya
“Segala perbuatan dipandang menghilangkan moral jika bukan keluar dari perasaan
cinta kepada orang lain.”
Robert
Malhus seorang ekonom Inggris klasik yang dikenal pesimistis.Ia
penemu teori kependudukan yang populer bahwa jumlah penduduk berkembang menurut
deret ukur sedangkan produksi pertanian berkembang menurut deret hitung.
John
Stuart Mill yang dipandang sebagai penghubung aliran individualism dengan aliran sosialisme. Tahun 1836 ia menerbitkan
buku yang berjudul Prinsip-prinsip
Ekonomi Politik.
Lord
Keynes teorinya berkisar tentang pengangguran dan lapangan kerja.
Teori ini telah melampaui teori-teori yang lain. Karena itu dialah yang berjasa
dalam menciptakan lapangan kerja secara utuh bagi suatu kekutan aktif di
masyarakat kapitalis. Teori-teorinya itu disebut dalam bukunya yang berjudul Teori Umum Tentang Lapangan Kerja Bursa dan
Mata Uang. Buku ini beredar pada tahun 1930.
David Hume
penemu teori pragmatism yang integratif. Ia mengatakan “Hak
milik khusus adalah tradisi yang dianut
masyarakat yang harus diikuti. Sebab disanalah manfaat mereka.”
Kapitalisme
tumbuh subur di Inggris Perancis Jepang Amerika Serikat dan sebagian
besar dunia Barat. Banyak negara-negara yang hidup dalam iklim membebek baik
kepada sistem komunisme ataupun sistem kapitalisme. Tingkat keterikatan mereka
berbeda-beda antara campur tangan langsung atau dengan bersandar kepada keduanya
baik dalam urusan politik ataupun sikap-sikap internasionalnya
Kapitalisme
Inggris sampai tahun 1875 merupakan negara kapitalis terbesar
dan termaju. Kapitalisme tersebut memuncak dengan adanya Revolusi Industri.
Revolusi Industri menjadikan kapitalisme mencapai kesempurnaannya. Wolf
menyatakan, “Bagaimanapun kapitalisme menjadi kapitalisme yang sesungguhnya
hanya dalam arti kapitalisme dalam produksi”. Secara antropologis, Revolusi
Industri merupakan revolusi borjuis yang paling menentukan dalam perjalanan
sejarah kapitalisme setelah Glorious
Revolution tahun 1688 dan Revolusi Perancis tahun 1789.
Tetapi pada perempat akhir abad
ke-19 muncul Amerika Serikat dan Jerman. Menyusul Jepang setelah perang dunia
ke-2. Pada tahun 1932 di Inggris negara mulai langsung melakukan campur tangan
secara basar-besaran. Di Amerika campur tangan negara mulai ditingkatkan sejak
tahun 1933. Di Jerman campur tangan negara dimulai sejak Hitler. Tujuannya
tidak lain hanyalah memelihara kesinambungan kapitalisme.
Campur tangan negara ini terutama
dalam bidang perhubungan pengajaran dan perlindungan terhadap hak-hak warga
negara dan masa peraturan yang bersifat sosial seperti asuransi sosial dan
orang-orang jompo pengangguran orang lemah pemeliharaan kesehatan perbaikan
pelayanan dan peningkatan taraf hidup.
2.
Prinsip
dan Bentuk Kapitalisme
Prinsip-prinsip kapitalisme
- Mencari keuntungan dengan berbagai cara dan sarana kecuali yang terang-terangan dilarang negara karena merusak masyarakat seperti heroin dan semacamnya.
- Mendewakan hak milik pribadi dengan membuka jalan selebar-lebarnya agar tiap orang mengerahkan kemampuan dan potensi yang ada untuk meningkatkan kekayaan dan memeliharanya serta tidak ada yang menjahatinya. Karena itu dibuatlah peraturan-peraturan yang cocok untuk meningkatkan dan melancarkan usaha dan tidak ada campur tangan negara dalam kehidupan ekonomi kecuali dalam batas-batas yang sangat diperlukan oleh peraturan umum dalam rangka mengokohkan keamanan.
- Perfect Competition (persaingan sempurna). Persaingan sempurna ditandai oleh banyak pembeli dan penjual, banyak produk yang serupa di alam dan, sebagai hasilnya, banyak pengganti. Persaingan sempurna berarti ada sedikit, jika ada, hambatan masuk bagi perusahaan baru, dan harga ditentukan oleh penawaran dan permintaan. Dengan demikian, produsen dalam pasar yang bersaing sempurna tunduk pada harga yang ditentukan oleh pasar dan tidak memiliki pengaruh. Sebagai contoh, dalam pasar yang bersaing sempurna, harus satu perusahaan memutuskan untuk meningkatkan harga jual suatu barang, konsumen bisa beralih ke pesaing terdekat untuk harga yang lebih baik, menyebabkan setiap perusahaan yang meningkatkan harga untuk kehilangan pangsa pasar dan keuntungan
- Price system sesuai dengan tuntutan permintaan dan kebutuhan dan bersandar pada peraturan harga yang diturunkan dalam rangka mengendalikan komoditas dan penjualannya.
Bentuk kapitalisme
- Kapitalisme perdagangan yang muncul pada abad ke-16 setelah dihapusnya sistem feodal. Dalam sistem ini seorang pengusaha mengangkat hasil produksinya dari satu tempat ke tempat lain sesuai dengan kebutuhan pasar. Dengan demikian ia berfungsi sebagai perantara antara produsen dan konsumen
- Kapitalisme industri yang lahir karena ditopang oleh kemajuan industri dengan penemuan mesin uap oleh James Watt tahun 1765 dan mesin tenun tahun 1733. Semua itu telah membangkitkan revolusi industri di Inggris dan Eropa menjelang abad ke-19. Kapitalisme industri ini tegak di atas dasar pemisahan antara modal dan buruh yakni antara manusia dan mesin.
- Sistem Kartel yaitu kesepakatan perusahaan-perusahaan besar dalam membagi pasaran internasional. Sistem ini memberi kesempatan untuk memonopoli pasar dan pemerasan seluas-luasnya. Aliran ini tersebar di Jerman dan Jepang.
- Sistem Trust yaitu sebuah sistem yang membentuk satu perusahaan dari berbagai perusahaan yang bersaing agar perusahaan tersebut lebih mampu berproduksi dan lebih kuat untuk mengontrol dan menguasai pasar.
Pemikiran dan keyakinan-keyakinan lainnya yakni aliran naturalism yang merupakan dasar
kapitalisme ini sebenarnya menyerukan hal-hal sebagai berikut :
- Kehidupan ekonomi yang tunduk kepada sistem natur yang bukan buatan manusia. Dengan sifat seperti itu akan mampu mewujudkan pengembangan hidup dan kemajuan secara simultan.
- Tidak ada campur tangan negara dalam kehidupan ekonomi dan membatasi tugasnya hanya untuk melindungi pribadi-pribadi dan kekayaan serta menjaga keamanan dan membela negara.
- Kebebasan ekonomi bagi tiap individu di mana ia mempunyai hak utk menekuni dan memilih pekerjaan yang sesuai dengan kemauannya. Tentang kebebasan seperti ini diungkapkan dalam sebuah prinsip yang sangat masyur dengan semboyan “Biarkan ia bekerja dan biarkan ia berlalu.”
- Kepercayaan kapitalisme terhadap kebebasan yang tiada batas telah membawa kekacauan keyakinan dan perilaku. Ini melahirkan berbagai konflik di Barat yang kemudian melanda dunia sebagai akibat dari kehampaan pemikiran dan kekosongan ruhani.
- Rendahnya upah dan tuntutan yang tinggi mendorong tiap anggota keluarga bekerja. Akibatnya tali kekeluargaan putus dan sendi-sendi sosial di kalangan mereka runtuh.
3.
Kapitalisme
Vs Marxisme
Pertama
Dalam sebuah perjuangan, kita harus
tahu siapa kawan dan siapa lawan. Musuh kita adalah kapitalisme. Tetapi apakah
kapitalisme itu? Jawabannya mungkin tampak sederhana. Kapitalisme bukankah
sebuah sistem dimana sejumlah individu yang kaya memiliki pabrik-prabrik dan
perusahaan lainnya? Bukankah para kapitalis ini bersaing pada sebuah pasar
bebas, tanpa perencanaan yang terpusat, dengan hasil bahwa sistem perekonomian
sering jadi kacau dan acapkali mengalami krisis? Jawaban untuk menghindari
keadaan seperti itu juga tampaknya jelas, ialah menyita industri dari para
individu itu (nasionalisasi), dan membiarkan negara untuk merencanakan
ekonominya.
Menurut kebanyakan orang yang
berhaluan kiri, hal-hal diatas dianggap merupakan inti dari ajaran
Marxisme.Tetapi dewasa ini permasalahan-permasalahan diatas tidak dapat dilihat
sesederhana itu. Pada satu sisi, banyak perusahaan di bawah sistim kapitalis
dewasa ini tidak lagi dikontrol oleh para individu. Secara formal
perusahaan-perusahaan itu dimiliki oleh para pemegang saham, tapi kenyataannya
perusahaan-perusahaan raksasa seperti General Motors dijalankan oleh para
pejabat perusahaan. Sedangkan bentuk perusahaan-perusahaan lainnya adalah
perusahaan negara seperti BUMN di Indonesia. Namun kaum buruh juga
dieksploitasi dalam perusahaan tersebut.
Di sisi yang lain, masyarakat yang
telah meninggalkan kepemilikan swasta dan memilih rencana-rencana ekonomi yang
terpusat tidak tampak menarik lagi saat ini. Negara-negara seperti di bekas Uni
Soviet telah menteror kelas buruhnya, sedangkan para birokrat yang mengelola
pabrik-pabrik. Dan pada akhirnya masyarakat itu juga mengalami krisis ekonomi
dan politik.
Saat ini Cina mencoba mengambil alih
beberapa aspek pasar bebas ke dalam kebijakan ekonomi mereka, karena takut
tidak mampu untuk tetap bersaing dengan negara-negara kapitalis barat. Jadi
keseluruhan arti kapitalisme dan sosialisme, dan perbedaan-perbedaan diantara
kedua sistem itu, perlu dikaji ulang untuk disesuaikan dengan perkembangan
ekonomi dewasa ini.
Disini, ide-ide Karl Marx sangatlah
penting. Dia sama sekali tidak menganggap kepemilikan alat-alat produksi oleh
individu swasta merupakan masalah utama kapitalisme. Yang ia tolak adalah
sebuah situasi dimana alat produksi dikontrol oleh minoritas -- dalam berbagai
bentuk -- untuk mengeksploitasi mayoritas.
Eksploitasi semacam ini mengambil
bentuk dalam hubungan sosial di tempat kerja. Yakni para pekerja yang tidak
memiliki perangkat produksi, dan tidak memiliki komoditi untuk dijual sehingga
mereka harus menjual tenaga kerjanya untuk gaji (wage labour system).Ini berarti mereka tidak memiliki kontrol dari
hasil kerjanya.Dalam sebuah sistem ekonomi seperti ini, tidak ada kemungkinan untuk
merencanakan perekonomian demi kepentingan masyarakat luas.
Justru sebaliknya, setiap kapitalis
akan didorong oleh kompetisi untuk membangun usaha dengan mengorbankan orang
lain. Seperti yang dikatakan Marx, 'Akumulasi! Akumulasi! itu adalah nabi-nabi
baginya'. Ini berarti yang kuat memakan yang lemah, dan sistemnya akan turun
secara drastis sampai mengalami krisis ekonomi. Marx, menyebut kondisi seperti
ini keterasingan (atau alienasi) pekerja, dan salah satu slogannya yang sangat
terkenal adalah 'penghapusan sistem wage labour".
Di dunia moderen, modal memiliki
bentuk yang bermacam-macam. Di mancanegara terjadi swastanisasi
perusahaan-perusahan milik negara. Negara-negara lain seperti Swedia atau
Italia masih memiliki sektor negara yang besar, sedangkan di Cina dan Kuba
perencanaan ekonominya masih dilakukan secara terpusat.
Tetapi di semua negara itu analisa
fundamental Marx masih sangat relevan. Alat-alat produksi masih dikontrol oleh
minoritas -- meskipun komposisinya sangat bermacam-macam dari para pengusaha
individu melalui sektor swasta dan birokrat yang bekerja di sektor publik. Para
pekerja menjual tenaga mereka untuk mendapatkan gaji, dan tidak memiliki
kontrol terhadap proses produksi atau barang-barang yang mereka hasilkan.
Produksi dilaksanakan dengan jalan
kompetisi, baik dalam skop kecil, persaingan antar perusahaan maupun dalam skop
besar atau nasional, antar negara, yang dipimpin oleh aparatus negara.
Kompetisi antar negara juga memiliki
bentuk yang lain yaitu kompetisi militer. Bekas negara Uni Soviet selalu
mendorong ekonominya berjalan secara efisien, karena harus bersaing dengan
Amerika Serikat dalam hal persenjataan. Kaum buruh di Uni Soviet dihisap oleh
birokrasi yang tengah berkuasa guna kompetisi militer tersebut. Kami menyebut
bentuk ekonomi yang dijalankan oleh rezim Soviet itu "Kapitalisme
Negara".
Apapun bentuk kompetisi itu,
hasilnya selalu sama: "Akumulasi! Akumulasi! itulah nabi-nabinya!"
Sedangkan para pekerja adalah korbannya. Jadi apa yang perlu dilakukan?
Jawabannya ada pada sistem sosialis yang sejati, yang berarti pekerja sendiri
yang harus mengontrol proses produksi, dan memproduksi untuk kebutuhan manusia,
bukan untuk kebutuhan kompetisi.
Kontrol pekerja terhadap produksi --
yang berkaitan erat dengan kontrol mereka secara demokratis terhadap negara --
dapat diterapkan di sebuah negara secara sementara. Namun seperti yang kita
lihat, tekanan kompetisi berlangsung secara internasional. Maka untuk jangka
panjang, sosialisme mesti diciptakan di tingkat internasional.
Hidup kita membentuk sebagian
miniatur masyarakat sangat kompleks. Evolusi masyarakat manusia tidak pernah
lebih cepat.Teknologi adalah booming pada kecepatan yang cepat, mengubah hidup
kita untuk lebih baik atau lebih buruk. Hal ini telah mendorong perkembangan
dua sistem politik, ekonomi dan sosial yang berlawanan. Pada "kiri"
politik adalah komunisme (atau Marxisme) dan pada "benar" adalah
kapitalisme.
Kapitalisme
adalah sebuah sistem politik di mana pabrik-pabrik, perusahaan, tanah, dan
lain-lain milik pribadi dalam rangka untuk menciptakan keuntungan bagi pemilik.
Harga barang dan jasa berfluktuasi tergantung pada keinginan konsumen dan
ketersediaan barang (hukum penawaran dan permintaan). Dalam masyarakat
kapitalis mereka akan perbedaan yang signifikan dalam kekayaan dan kekuasaan
antara mereka yang memiliki modal (mesin, pabrik, kapal, tanah, dan lain-lain)
dan mereka yang tidak. Tidak ada yang bisa mengatakan kapan kapitalisme pertama
kali dimulai. Jelas perkembangan kapitalisme itu tidak revolusioner seperti haknya
komunisme. Sebaliknya ia muncul secara bertahap tanpa ada yang membuat rencana
dari apa yang seharusnya menjadi. Namun, seperti yang dikatakan McCracken, aspek
kapitalisme modern seperti bursa saham, bank dan perbedaan besar dalam kekayaan
muncul selama revolusi industri.
Didalam sistem kapitalisme, pemilikan
(ownership) terletak di tangan individu, yang digunakan untuk tujuannya
sendiri, yakni tujuan untuk mencari keuntungan (profit). Individu juga dapat
mengambil inisiatif membentuk dan mengembangkan perusahaan-perusahaan baik
secara partnership maupun korporasi. Insentif ekonominya adalah keuntungan itu
sendiri, yang menjadi tujuan utama dari produksi dan usaha. Didalam aktivitas
ekonomi berlaku hukum pasar, yakni mekanisme pembentukan harga yang ditentukan
oleh bekerjanya faktor permintaan dan penawaran. Peranan pemerintah hanya
terbatas untuk melakukan kontrol dan mengikuti perkembangannya agar tidak
terjadi kegagalan pasar. Pada dasarnya, kegiatan ekonomi adalah pasar dengan
sedikit atau bahkan tanpa intervensi pemerintah. Dalam perkembangannya sejak
abad kedelapan belas sampai abad ke dua puluh, kapitalisme mengalami berbagai
perubahan bentuk dan sifat, yaitu menyangkut bidang teknik dan industri.
Salah
satu prinsip kapitalisme adalah kebebasan dalam kompetisi pasar, yang sekaligus
merupakan kelemahan system ekonomi kapitalisme. Kompetisi berkaitan dengan
efisiensi dan skala usaha. Hanya pemilik modal besar saja yang potensial dan
mampu hidup didalam prinsip bebas tersebut. Kelompok ekonomi kecil dan lemah
bisa tersingkir dalam system kapitalisme liberal bila pemerintah tidak
melakukan perlindungan terhadapnya. Kelemahan ini biasanya dikompensasi dengan
undang-undang perlindungan usaha kecil dan aturan persaingan yang sehat.
Pada tahun 1776 Adam Smith, seorang
Skotlandia universitas profesor, menghasilkan sebuah buku yang menggambarkan
cara kerja dari sebuah masyarakat kapitalis. Dia percaya bahwa kekayaan suatu
negara tergantung pada semua orang mengejar kepentingan mereka sendiri. Jika
seseorang mempromosikan kepentingan sendiri dia atau dia sengaja mempromosikan
kepentingan negaranya. Smith berpikir bahwa pemerintah harus mempromosikan
perdagangan bebas dan tidak mengganggu dengan melindungi industri tertentu dari
persaingan. Satu-satunya tugas pemerintah, Smith menulis, adalah untuk
memberikan layanan yang tidak bisa menguntungkan seperti pembangunan jalan,
sekolah dan gereja.
Rayment menyatakan manifesto komunis
memproklamasikan penyebaran kapitalisme yang tak terhindarkan di seluruh dunia.
Proses ini dihentikan dan bahkan dibalik selama sebagian besar abad ke-20 oleh
isolasi dari Uni Soviet, Eropa Timur dan Cina dari ekonomi dunia dan kecepatan
yang sangat lambat pembangunan ekonomi di negara-negara miskin seperti India.
Namun, transformasi yang luar biasa dari China dan perekonomian India berjanji
untuk membawa Marx dan Engels prediksi 'sampai selesai. Apa yang mungkin
menjadi implikasi bagi pekerja di negara-negara kaya? Pada pandangan pertama,
letusan dari Cina ke dalam ekonomi dunia tampaknya hanya contoh terbaru dari
negara-negara Asia mengejar dengan kekuatan industri terkemuka. Pertumbuhan
ekspor China telah spektakuler, tapi begitu juga yang dari Jepang dan Korea
pada dekade sebelumnya.
Kedua
Kedua
Menurut Encarta
Reference Library, Marxisme disimpulkan dan didefinisikan sebagai "sebuah
teori di mana perjuangan kelas merupakan elemen sentral dalam analisis
perubahan sosial di masyarakat Barat." Marxisme adalah lawan langsung dari
kapitalisme yang didefinisikan oleh Encarta sebagai " sebuah sistem
ekonomi berdasarkan kepemilikan pribadi atas alat produksi dan distribusi
barang, ditandai dengan pasar bebas yang kompetitif dan motivasi oleh laba
". Marxisme adalah struktur sosialisme yang fitur terkemuka adalah
kepemilikan publik atas alat-alat produksi, distribusi, dan pertukaran
(Encarta, 2009). Marxisme dirumuskan pada abad ke-19. Marx dan Frederick Engels
rekannya mengamati perubahan sosio-ekonomi yang transpiring di Inggris. Inggris
adalah kekuatan dunia yang dominan dan memiliki industri ekonomi terbesar
selama 1800-an. Pengembangan pabrik dan institusi jalur perakitan menciptakan
permintaan besar untuk pekerja. Tuntutan ini kenyang dengan migrasi petani dari
daerah pedesaan di Inggris dan Irlandia ke pusat-pusat perkotaan berkembang. Sebagai
pusat-pusat perkotaan atau kota-kota berkembang menggunakan industri sebagai
tulang punggung ekonomi bagi penduduk, sejumlah besar pekerja pabrik adalah
akumulasi untuk mengoperasikan mesin dalam kondisi mengerikan. Para pekerja
ini, yang akan disebut sebagai kaum tani di bawah sistem feodal, sekarang kelas
pekerja atau kaum proletar. Mereka memasuki kota dengan harapan memperbaiki
kehidupan mereka dan kelangsungan hidup. Meskipun revolusi tidak pernah terjadi
di Inggris selama periode ini, ini memungkinkan Marx mempelajari
industrialisasi, urbanisasi dan imperialisme.
Teori Marxisme
memiliki tiga konsep dasar: materialisme historis, kekuatan-kekuatan produksi
dan hubungan produksi. Materialisme historis didefinisikan sebagai kinerja masa
lalu suatu masyarakat dan kemampuan sekarang memuaskan sarana dasar kehidupan. Kebutuhan
dasar umat manusia makan, minum dan tempat tinggal harus terpenuhi dengan baik.
Kekuatan-kekuatan produksi (teknologi, modal, infrastruktur masyarakat, dll)
yang penting bagi fakta sederhana yang pernah mereka kontrol kontrol
masyarakat. Aspek terakhir dari Marxisme, hubungan-hubungan produksi,
berhubungan langsung dengan hubungan antara kelas orang (aristokrasi, kelas
menengah dan kelas pekerja). Marxisme mencakup analisis prediksi struktur
sosial ekonomi. Menggunakan sejarah, logika dan sifat dinamis dari manusia
sebagai pedoman, Karl Marx mencoba memetakan urutan peristiwa yang pada
akhirnya akan mengarah ke utopia (anarki). Dalam karyanya, Das Kapital,
Marx rincian enam langkah. Langkah ini adalah sosialisme primitif, feodalisme,
kapitalisme, sosialisme, komunisme dan kemudian anarki. Evolusi sistem ekonomi
Inggris selama abad 16 dan 17 poin untuk pergeseran dari feodalisme ke
kapitalisme.
Ketiga
Ketiga
The
"commons" adalah plot besar tanah penggembalaan dan farmable yang
digunakan oleh kedua petani dan pengrajin. Hitchens mengatakan bahwa ketika
pemilik tanah dan bangsawan berkenaan dengan tanah milik bangsawan mulai
partisi tanah ini konsep kepemilikan pribadi properti diperkenalkan dengan
sistem sosio-ekonomi.
Marxisme adalah
cara berpikir yang pada dasarnya pemikiran kapitalisme yang pada akhirnya
mengakibatkan bisnis menjadi semakin besar dan menindas, dan mereka akhirnya
akan mengkonsentrasikan kekayaan untuk beberapa individu yang beruntung, yang
dasarnya akan memperbudak semua orang lain. Pada akhirnya, Marxisme percaya,
hasil kapitalisme dalam eksploitasi massal dan penindasan, dan berkhotbah bahwa
cara hanya untuk semua orang untuk mendapatkan keuntungan adalah dengan
kekerasan menggulingkan tuan kapitalistik mereka. Marxisme percaya bahwa sekali
menggulingkan terjadi, alat-alat produksi (pabrik, mesin-mesin, tanah), dapat
merata dibagi oleh semua orang, dan semua orang akan bekerja sama untuk
kepentingan bersama, yang berarti berbagi merata makanan, uang, dan lain-lain.
Etika Marxis sebagai Alat modern Berbagai argumen yang diajukan
sebagai bukti - bahwa Karl Marx dan Frederick Engels meramalkan bahwa
kapitalisme akan runtuh, dan belum, bahwa jatuhnya Tembok Berlin terkena
kegagalan Marxisme; kelas yang Perjuangan tidak dapat bertahan hidup di dunia
televisi kabel, Internet dan SUV. Apa yang menghubungkan mereka adalah
keinginan untuk mengubur Marx dan Marxisme - historis yang menarik, mungkin,
tapi tidak relevan di dunia modern. Hitchens mengatakan setiap kali Marxisme
dimakamkan, tampaknya bangkit dari kematian. Apakah satu dekade atau beberapa
tahun atau bahkan beberapa bulan kemudian menjadi diakui, oleh para pendukung
dan penentang sama, sebagai pengaruh penting pada generasi baru berkaitan
dengan isu-isu keadilan, kesetaraan dan resistensi. Jika ini ini terjadi, maka
harus ada sesuatu tentang Marxisme yang menarik orang untuk menguji kembali.
Jika demikian, maka versi Marxisme yang diajukan oleh para kritikus dalam
rangka untuk menolaknya, ide-ide kuno, obsesif berfokus pada perkembangan
ekonomi dengan mengesampingkan hal lain semua harus akurat.
Segi-segi Negatif Kapitalisme
- Sistem buatan manusia. Sekelompok kecil pribadi mendominasi pasar untuk mencapai kepentingan sendiri tanpa menghargai kebutuhan masyarakat dan menghormati kepentingan umum.
- Egoistik. Dalam sistem kapitalisme individu dan sekelompok kecil pribadi mendominasi pasar untuk mencapai kepentingan sendiri tanpa menghargai kebutuhan masyarakat dan menghormati kepentingan umum.
- Monopolostik. Dalam sistem kapitalisme seorang kapitalis memonopoli komoditas dan menimbunnya. Apabila barang tersebut habis di pasar ia mengeluarkannya untuk dijual dengan harga mahal yang berlipat ganda mencekik konsumen dan orang-orang lemah.
- Terlalu berpihak kepada hak milik pribadi. Kapitalisme terlalu mengagungkan hak milik pribadi. Sedangkan komunisme malah menghilangkan hak milik pribadi.
- Persaingan. Sistem dasar kapitalisme membuat kehidupan menjadi arena perlombaan harga. Semua orang berlomba mencari kemenangan. Sehingga kehidupan dalam sistem kapitalisme berubah menjadi riba di mana yang kuat menerkam yang lemah. Hal ini sering menimbulkan kebangkrutan pabrik atau perusahaan tertentu.
- Perampasan tenaga produktif. Kapitalisme membuat para tenaga kerja sebagai barang komoditas yang harus tunduk kepada hukum permintaan dan kebutuhan yang menjadikan dia sebagai barang yang dapat ditawarkan tiap saat. Pekerja ini bisa jadi sewaktu-waktu diganti dengan orang lain yang upahnya lebih rendah dan mampu bekerja lebih banyak dan pengabdiannya lebih baik.
- Pengangguran. Suatu fenomena umum dalam masyarakat kapitalis ialah munculnya pengangguran yang mendorong pemilik perusahaan untuk tidak menambah tenaga yang akan memberatkannya.
- Kehidupan yang penuh gejolak. Ini adalah akibat logis dari persaingan yang berlangsung antara dua kelas. Yang satu mementingkan pengumpulan uang dengan segala cara. Sedangkan yang satu lagi tidak diberi kesempatan mencari sendiri kebutuhan pokok hidupnya tanpa kenal belas kasihan.
- Penjajahan. Karena didorong mencari bahan baku dan mencari pasar baru untuk memasarkan hasil produksinya kapitalisme memasuki petualangan penjajahan terhadap semua bangsa. Pada mulanya dalam bentuk penjajahan ekonomi pola pikir politik dan kebudayaan. Kemudian memperbudak semua bangsa dan mengeksploitasi tenaga-tenaga produktif demi kepentingan penjajahan.
- Peperangan dan malapetaka. Umat manusia telah menyaksikan berbagai bentuk pembunuhan dan pembantaian luar biasa biadabnya. Itu terjadi sebagai akibat logis dari sebuah penjajahan yang menimpa umat manusia di bumi yang melahirkan bencana paling keji dan kejam.
- Didominasi hawa nafsu. Orang kapitalisme berpegang kepada prinsip demokrasi politik dan pemerintahan. Pada umumnya demokrasi yang mereka gembar-gemborkan dibarengi dengan hawa nafsu yang mendominasi dan jauh dari kebenaran dan keadilan.
- Riba. Sistem kapitalisme tegak di atas landasan riba. Sedangkan riba merupakan akar penyakit yang membuat seluruh dunia menderita.
- Tidak bermoral. Kapitalisme memandang manusia sebagai benda materi. Karena itu manusia dijauhkan dari kecenderungan ruhani dan akhlaknya. Bahkan dalam sistem kapitalisme antara ekonomi dan moral dipisahkan jauh-jauh.
- Kejam. Kapitalisme sering memusnahkan begitu saja komoditas yang lebih dengan cara dibakar atau dibuang ke laut karena khawatir harga akan jatuh disebabkan banyaknya penawaran. Mereka berani melakukan itu padahal masih banyak bangsa-bangsa yang menjerit kelaparan.
- Boros. Orang-orang kapitalisme memproduksi barang-barang mewah disertai iklan besar-besaran tanpa peduli kebutuhan-kebutuhan pokok masyarakat. Sebab yang mereka cari keuntungan belaka.
- Tidak berperikemanusiaan. Orang kapitalis sering mengusir begitu saja seorang buruh karena alasan tenaganya kurang produktif. Tetapi kekejaman ini mulai diperingan akhir-akhir ini dengan adanya perbaikan dalam tubuh kapitalisme.
Mirip dengan buku Omerod, muncul
pula Umar Vadillo dari Scotlandia yang menulis buku, ”The Ends of Economics” yang mengkritik secara tajam ketidakadilan
sistem moneter kapitalisme. Kapitalisme justru telah melakukan ”perampokan”
terhadap kekayaan negara-negara berkembang melalui sistem moneter flat money
yang sesungguhnya adalah riba.
Dari berbagai analisa para ekonom
dapat disimpulkan, bahwa teori ekonomi telah mati karena beberapa alasan. Pertama,
teori ekonomi Barat (kapitalisme) telah menimbulkan ketidakadilan ekonomi yang
sangat dalam, khususnya karena sistem moneter yang hanya menguntungkan Barat
melalui hegemoni mata uang kertas dan sistem ribawi. Kedua, Teori ekonomi
kapitalisme tidak mampu mengentaskan masalah kemiskinan dan ketimpangan
pendapatan. Ketiga, paradigmanya tidak mengacu kepada kepentingan masyarakat
secara menyeluruh, sehingga ada dikotomi antara individu, masyarakat dan negara.
Keempat, Teori ekonominya tidak mampu menyelaraskan hubungana antara
negara-negara di dunia, terutama antara negara-negara maju dan negara
berkembang.Kelima, terlalaikannya pelestarian sumber daya alam.
Alasan-alasan inilah yang oleh
Mahbub al-Haq dianggap sebagai dosa-dosa para perencana pembangunan kapitalis. Kesimpulan
ini begitu jelas apabila pembahasan teori ekonomi dihubungkan dengan
pembangunan di negara-negara berkembang. Sementara itu perkembangan terakhir
menunjukkan bahwa kesenjangan antara negara-negara berpendapatan tinggi dan
negara-negara berpendapatan rendah, tetap menjadi indikasi bahwa globalisasi
belum menunjukkan kinerja yang menguntungkan bagi negara miskin.
4. Dampak
sistem Ekonomi Kapitalisme
Studi Kasus: “Krisis Finansial Global”
Interkoneksi sistem bisnis global
yang saling terkait, membuat 'efek domino' krisis yang berbasis di Amerika
Serikat ini, dengan cepat dan mudah menyebar ke berbagai negara di seluruh
penjuru dunia. Tak terkecualikan Indonesia. Krisis keuangan yang berawal dari
krisis subprime mortgage itu
merontokkan sejumlah lembaga keuangan AS. Pemain-pemain utama Wall Street
berguguran, termasuk Lehman Brothers dan Washington Mutual, dua bank terbesar
di AS. Para investor mulai kehilangan kepercayaan, sehingga harga-harga saham
di bursa-bursa utama dunia pun rontok.
Menurut Direktur Pelaksana IMF
Dominique Strauss-Kahn di Washington, seperti dikutip AFP belum lama ini,
resesi sekarang dipicu pengeringan aliran modal. Ia menaksir akan terdapat
kerugian sekitar 1,4 triliun dolar AS pada sistem perbankan global akibat
kredit macet di sektor perumahan AS. "Ini lebih tinggi dari perkiraan
sebelumnya sebesar 945 miliar dolar AS,". Hal ini menyebabkan sistem
perbankan dunia saling enggan mengucurkan dana, sehingga aliran dana perbankan,
urat nadi perekonomian global, menjadi macet. Hasil analisis Dana Moneter
Internasional (IMF) pekan lalu mengingatkan, krisis perbankan memiliki kekuatan
yang lebih besar untuk menyebabkan resesi. Penurunan pertumbuhan setidaknya dua
kuartal berturut-turut sudah bisa disebut sebagai resesi.
Sederet bank di Eropa juga telah
menjadi korban, sehingga pemerintah di Eropa harus turun tangan menolong dan
mengatasi masalah perbankan mereka. Pemerintah Belgia, Luksemburg, dan Belanda
menstabilkan Fortis Group dengan menyediakan modal 11,2 miliar euro atau
sekitar Rp155,8 triliun untuk meningkatkan solvabilitas dan likuiditasnya.
Fortis, bank terbesar kedua di Belanda dan perusahaan swasta terbesar di
Belgia, memiliki 85.000 pegawai di seluruh dunia dan beroperasi di 31 negara,
termasuk Indonesia. Ketiga pemerintah itu memiliki 49 persen saham Fortis.
Fortis akan menjual kepemilikannya di ABN AMRO yang dibelinya tahun lalu kepada
pesaingnya, ING. Pemerintah Jerman dan konsorsium perbankan, juga berupaya
menyelamatkan Bank Hypo Real Estate, bank terbesar pemberi kredit kepemilikan
rumah di Jerman. Pemerintah Jerman menyiapkan dana 35 miliar euro atau sekitar
Rp486,4 triliun berupa garansi kredit. Inggris juga tak kalah sibuk.
Kementerian Keuangan Inggris, menasionalisasi bank penyedia KPR, Bradford &
Bingley, dengan menyuntikkan dana 50 miliar poundsterling atau Rp 864 triliun.
Pemerintah juga harus membayar 18 miliar poundsterling untuk memfasilitasi
penjualan jaringan cabang Bradford & Bingley kepada Santander, bank Spanyol
yang merupakan bank terbesar kedua di Eropa. Bradford & Bingley merupakan
bank Inggris ketiga yang terkena dampak krisis finansial AS setelah Northern
Rock dinasionalisasi Februari lalu dan HBOS yang dilego pemiliknya kepada
Lloyds TSB Group.
Dengan menggunakan analisis
“stakeholder”, kita dapat melihat bahwa krisis finansial global yang dimulai
dari AS, sesungguhnya merupakan akibat dari ketidakseimbangan pembangunan
ekonomi yang berlebihan di SEKTOR FINANSIAL dibandingkan SEKTOR RIIL yang berakar
dari system moneter buatan The Fed.
Padahal secara inheren sektor finansial ini sudah bersifat inflatif, karena
mengandalkan keuntungannya pada system riba dan bukan karena produktivitas yang
riil (yang disebabkan karena kerja, kreativitas dan pemikiran).
Cara populer untuk mengatasi krisis
ini, karenanya, jelas dengan memberikan energi yang lebih besar pada sektor
riil sebagaimana yang pernah dilakukan Presiden AS Roosevelt bersama penasihat
ekonominya yang terkenal John Maynard Keynes untuk membangun secara massif
infrastruktur sektor riil pasca terjadinya depresi besar di AS, di tahun
1930-an.
Secara implisit, gambaran di atas
juga menunjukkan bahwa tinggi-rendahnya dampak krisis finansial yang terjadi di
AS maupun di luar AS, sangat ditentukan oleh peran dari masing-masing pemangku
kepentingan atau “stakeholders” tadi. Pemerintah di luar AS bisa saja
meminimalisir dampak krisis bila melakukan “imunisasi” atau “proteksi” yang
perlu serta mengantisipasinya dengan melakukan pembangunan sector riil dan peningkatan
kesejahteraan publik secara massif.
5. Kapitalisme
di Asia Tenggara
Uraian berikut
menggambarkan perkembangan kapitalisme di beberapa negara di Asia Tenggara
sebagaimana diungkapkan oleh Mc.Vey.
a. Perkembangan kapitalis di Thailand
Pada
dasarnya Thailand merupakan negara pertanian. Hinga awal tahun 1960-an, sektor
pertanian menyumbang sekitar 40% pada Produk
Domestik Bruto (PDB) dan menyerap lebih dari 80% penduduk. Dua puluh
tahun kemudian, yaitu menjelang akhir tahun 1970-an, terjadi perubahan dimana
sektor industri pengolahan unggul dari sektor pertanian, dilihat dari sudut
nilai tambah pada harga yang berlaku.Sejalan dengan perkembangan dibidang
industri tersebut diikuti pula dengan perubahan besar pada struktur
perdagangan. Pada tahun 1985 nilai ekspor tekstil termasuk pakaian jadi jauh
melampaui nilai ekspor beras. Hal ini menunjukkan peranan penting yang
dimainkan barang pabrik dan menambah besar keyakinan para tokoh ekonomi dan
pemimpin politik Thailand bahwa
negaranya sedang memasuki jajaran Negara Industri Baru (NIB) Asia.
Perkembangan
kelompok-kelompok kapitalis Thailand dimulai pada masa sebelum perang, yaitu
saat integrasi Siam dengan perekonomian dunia melalui penandatanganan pakta
dagang dengan Inggris yang dikenal sebagai Traktat Bowring pada tahun 1855.
Pada periode ini ekonomi didominasi oleh kelompok-kelompok kapitalis Eropa dalam industri beorientasi ekspor utama.
Perkembangan selanjutnya muncul sumber asosiasi kapitalis dalam bentuk
pemilikan modal oleh lembaga Siam yang terdiri dari keluarga kerajaan, birokrat
tingkat tinggi, dan lembaga pokok pengurus keuangan untuk kebutuhan pribadi
raja.Sumber kewirausahaan ketiga adalah para saudagar Cina perantauan dan
lokal.
Para
Kapitalis Thailand dikelompokkan dalam tiga kategori utama, yaitu 1) banker,
yang mendirikan usaha mereka pada awal tahun1950-an dan membangunnya menjadi
perusahaan raksasa pada tahun 1970-an; 2) kelompok industri, yang berkembang di
atas landasan industri substitusi impor (ISI) dan bekerjasama dengan modal
asing sesudah tahun 1960-an; dan 3) kelompok agrobisnis, yang muncul pada akhir
tahun 1970-an dan meluas dengan cepat dengan cara integrasi ekspor hasil
pertanian dengan kegiatan industri.
Sebuah
unsur kunci dalam konsentrasi kekuasaan ekonomi oleh para banker adalah
hubungan yang erat dengan para pemimpin militer. Para banker tersebut
memberikan para pemimpin militer tersebut jabatan ketua, direktur, dan saham
bebas. Sebagai imbalannya mereka memperoleh hak istimewa dan keamanan.Meskipun
selanjutnya para pemimpin tersebut terguling dengan adanya revolusi 1973,
pola-pola bank yang kuat, sangat terkonsentrasi, dan dikuasai satu keluarga,
pengaruh mereka masih terus berlangsung hingga sekarang.
Pemerintahan
baru yang berkuasa setelah terjadi kudeta militer memiliki sebuah kebijaksanaan
untuk mendorong pembangunan industry melalui modal swasta dari sumber dalam
negeri maupun luar negeri. Kebijakan ini dibuat
mengikuti saran bank Dunia pada tahun 1957-1958 yang menyarankan
pengembangan perusahaan swata, perbaikan infrastruktur, dan pembuatan rencana
ekonomi jangka panjang. Kebijakan yang dibuat dalam rangka mendorong sector
swasta antara lain pemerintah memberikan berbagai insentif kepada para penanam
modal lokal dan asing, termasuk pembebasan pajak, pembebasan pajak untuk waktu
tertentu, kebebasan mengirimkan laba dan memiliki tanah, dan larangan
pembentukan serikat buruh. Berbagai kebijakan yang dibuat membawa perkembangan
indusri yang mengesankan sepanjang dua puluh tahun berikutnya.Perluasan luar
biasa dari sektor industri terutama industri olahan membuka jalan berkembangnya
kelompok-kelompok baru kapitalis dalam negeri yang berbasiskan industri olahan.
Meskipun
terdapat kemajuan sektor industri olahan, sektor pertanian masih menjadi salah
satu penyumbang terbesar pada pertumbuhan ekonomi Thailand selama tiga
dasawarsa yang lalu.Keadaan ini disebabkan oleh dua perkembangan utama, yaitu
menganekaragamkan hasil pertanian yang dapat dikspor dan pertumbuhan
agroindustri berorientasi ekspor.Ekspor hasil-hasil pertanian tersebut sangat
membantu pembangunan industri Thailand.Pertama, ekspor tersebut memperbaiki
penghasilan petani dan pedagang hasil pertanian lokal, dan arena itu secara
tidak langsung membuka pasar pedesaan dalam negeri yang semakin besar bagi
industri pengganti impor seperti tekstil, mobil, perabot listrik, dan produk
baja sekunder.Kedua, ekspor hasil pertanian yang meningkat membantu membiayai
modal dan impor barang-barang antara yang dibutuhkan untuk menunjang
industri-industri baru tersebut.Ketiga, hasil ekspor yang meningkat secara
langsung menyumbang pada pendapatan negara, berupa pajak dan premi beras.
Dengan kata lain, sektor pertanian menjadi sumber anggaran yang penting untuk
pryek-proyek pembangunan industri.
Pertumbuhan
yang demikian cepat tentu saja menarik perhatian pemerintah dan kaum kapitalis
dalam negeri. Pemerintah selanjutnya memberikan prioritas dalam mendorong
perkembangan agroindustri dalam rencana kerjanya. Agroindustri juga sangat
menarik bagi kaum kapitalis dalam negeri, karena mereka dapat bergerak dalam
industri tersebut tanpa harus menghadapi persaingan yang serius dari para
investor luar negeri. Sesudah pertengahan 1970-an, baik kelompok industri
maupun eksportir hasil pertanian secara aktif memasuki agroindustri, dan
membentuk sekelompok kapitalis baru yang berbasiskan agrobisnis berorientasi
ekspor. Termasuk diantaranya adalah yang paling menonjol adalah kelompok
Charoen Pokphand yang bergerak dibidang pakan ternak dan peternakan ayam
broiler.
Perkembangan
industri dan kaum kapitalis di Thailand selain karena dukungan pemerintah, juga
karena perkembangan tersebut menuntut mereka untuk terus menggunakan teknologi
produksi baru, menjaga mutu dengan ketat, memperbaiki sistem pengelolaan agar
dapat bersaing di luar negeri. Metode pengelolaan yang lebih rasional: badan
pengelola yang tersusun rapi, kepemimpinan dalam tangan wirausahawan muda yang
kreatif, dan kemampuan mengimpor teknologi dari luar negeri dan menyesuaikannya
dengan keadaan lokal.
b. Cengkeraman kapitalisme di Indonesia
Untuk memahami
apakah sebuah negara itu bercorak kapitalisme ataukah sebaliknya yaitu
sosialisme, maka indikator yang paling mudah untuk digunakan adalah dengan
melihat seberapa besar pihak-pihak yang menguasai sektor ekonominya. Samuelson
& Nordhaus mengatakan, jika sektor-sektor ekonomi lebih banyak dikuasai oleh
swasta, maka negara tersebut cenderung bercorak kapitalisme dan sebaliknya,
jika ekonomi lebih banyak dikendalikan oleh negara, maka lebih bercorak
sosialisme. .
Dengan
menggunakan tolok ukur di atas, kita dapat menelusuri sejauh mana cengkeraman
kapitalisme telah menjalar ke Indonesia. Sesungguhnya jejak kapitalisme di
Indonesia dapat ditelusuri ketika Indonesia mulai memasuki era pemerintahan
Orde Baru. Pemerintahan Orde Baru dimulai sejak Bulan Maret 1966. Orientasi pemerintahan Orba sangat bertolak belakang dengan era
sebelumnya. Kebijakan Orba lebih berpihak kepada Barat dan menjahui ideologi
komunis.
Dengan
membaiknya politik Indonesia dengan negara-negara Barat, maka arus modal asing
mulai masuk ke Indonesia, khususnya PMA dan hutang luar negeri mulai meningkat.
Menjelang awal tahun 1970-an atas kerja sama dengan Bank Dunia, Dana Moneter
Internasional (IMF), Bank Pembangunan Asia (ADB) dibentuk suatu konsorsium Inter-Government
Group on Indonesia (IGGI) yang terdiri atas sejumlah negara industri maju
termasuk Jepang untuk membiayai pembangunan di Indonesia. Saat itulah Indonesia
dianggap telah menggeser sistem ekonominya dari sosialisme lebih ke arah semikapitalisme.
Memasuki
periode akhir 1980-an dan awal 1990-an sistem ekonomi di Indonesia terus
mengalami pergeseran. Menilik kebijakan yang banyak ditempuh pemerintah, kita
dapat menilai bahwa ada sebuah mainstream sistem ekonomi telah dipilih
atau telah ‘dipaksakan’ kepada negara kita. Isu-isu ekonomi politik banyak
dibawa ke arah libelarisasi ekonomi, baik libelarisasi sektor keuangan, sektor
industri maupun sektor perdagangan. Menurut Rachbini, sektor swasta diharapkan berperan lebih besar karena
pemerintah dianggap telah gagal dalam mengalokasikan sumberdaya ekonomi untuk
menjaga kesinambungan pertumbuhan ekonomi, baik yang berasal dari eksploitasi
sumberdaya alam maupun hutang luar negeri.
Pakto ’88 dapat
dianggap sebagai titik tonggak kebijakan libelarisasi ekonomi di Indonesia.
Menjamurnya industri perbankan di Indonesia, yang selanjutnya diikuti dengan
terjadinya transaksi hutang luar negeri perusahaan-perusahaan swasta yang
sangat pesat, mewarnai percaturan ekonomi Indonesia saat itu.
Masa
pembangunan ekonomi Orde Baru-pun akhirnya berakhir. Puncak dari kegagalan dari
pembangunan ekonomi Orba ditandai dengan meledaknya krisis moneter, yang
diikuti dengan ambruknya seluruh sendi-sendi perekonomian Indonesia.
Pasca krisis
moneter, memasuki era reformasi, ternyata kebijakan perekonomian Indonesia tidak
bergeser sedikitpun dari pola sebelumnya. Bahkan semakin liberal. Dengan
mengikuti garis-garis yang telah ditentukan oleh IMF, Indonesia benar-benar
telah menuju libelarisasi ekonomi. Hal itu paling tidak dapat diukur dari beberapa indikator
utama, yaitu:
1. Dihapuskannya berbagai subsidi dari pemerintah secara
bertahap. Berarti, harga dari barang-barang strategis yang selama ini
penentuannya ditetapkan oleh pemerintah, selanjutnya secara berangsur
diserahkan sepenuhnya pada mekanisme pasar.
2. Nilai kurs rupiah diambangkan secara bebas (floating
rate). Sesuai dengan kesepakatan dalam LoI dengan pihak IMF,
penentuan nilai kurs rupiah tidak boleh dipatok dengan kurs tetap (fix rate).
Dengan kata lain, besarnya nilai kurs rupiah harus dikembalikan pada mekanisme
pasar.
3. Privatisasi BUMN. Salah satu ciri ekonomi yang liberal
adalah semakin kecilnya peran pemerintah dalam bidang ekonomi, termasuk
didalamnya adalah kepemilikan asset-asset produksi. Dengan “dijualnya” BUMN
kepada pihak swasta, baik swasta nasional maupun asing, berarti perekonomian
Indonesia semakin liberal.
4. Peran serta pemerintah Indonesia dalam kancah WTO dan
perjanjian GATT. Dengan masuknya Indonesia dalam tata perdagangan dunia
tersebut, semakin memperjelas komitmen Indonesia untuk masuk “kubangan”
libelarisasi ekonomi dunia atau kapitalisme global.
6.
Penutup
Pertumbuhan ekonomi memiliki kaitan
yang erat dengan pembangunan politik yang dijalankan oleh suatu negara. Kebijakan
pembangunan membawa dampak pada pertumbuhan ekonomi suatu negara, namun
demikian pertumbuhan ekonomi semata tidak dapat dijadikan ukuran keberhasilan
sebuah pembangunan. Pertumbuhan ekonomi pada negara terbelakang dapat
dijelaskan sebagai suatu bentuk ketergantungan dengan negara maju. Wujud
ketergantungan tersebut kini dalam bentuk kesatuan ekonomi kapitalis dunia. Pembangunan
politik negara terbelakang memiliki peran dalam menentukan pertumbuhan ekonomi.
Kapitalisme
yang cenderung mengeksploitasi sumber daya alam
dalam rangka pertumbuhan ekonomi, perlu dipertimbangkan kembali, karena
eksploitasi yang berlebihan akan menghancurkan lingkungan. Regulasi pemerintah
yang pro poor dan proses pembangunan
yang berkelanjutan dengan memperhatikan keseimbangan lingkungan akan menjamin
keberlanjutan pembangunan itu sendiri.
Disisi lain, ekonomi
sosialis yang selama ini dianggap sebagai tandingan dari kapitalisme ternyata
menurut Wallerstein sama halnya dengan kapitalisme. Negara dipandang sebagai
sebuah badan usaha bersama yang menguasai alat produksi dan melakukan
eksploitasi. Kapitalisme yang telah melanda seluruh dunia mau tidak mau harus
diimbangi dengan mewujudkan sistem ekonomi yang mandiri yang berbasis
kerakyatan. Sehingga dalam hal ini
penulis sekiranya dapat memberikan saran bahwa kemandirian ekonomi harus
menjadi konsep pembangunan yang dianut negara terbelakang untuk mengimbangi kapitalisme.
Kapitalisme yang
membabi buta akan semakin memperlebar jurang pemisah antara si kaya (sektor
privat, corporate) dan si miskin (society). Salah satu cara untuk
mengatasi ini adalah dengan menumbuhkan kesadaran tanggung jawab untuk peduli
terhadap masyarakat. Regulasi yang tepat, salah satu diantaranya pemenuhan kewajiban
sektor privat melalui Corporate Social
Responsibility dapat mendorong kemandirian ekonomi masyarakat. Disamping itu,
mayoritas masyarakat Indonesia adalah muslim sehingga perlu regulasi yang tepat
untuk mengoptimalkan potensi zakat guna pemberdayaan ekonomi rakyat. Demikian juga dengan sistem pendidikan, juga
harus memasukkan kurikulum yang menonjolkan nilai – nilai budaya (kebersamaan,
gotong royong, tolong menolong, kepedulian sosial dll) dan kewirausahaan yang digali dari kearifan local, sehingga
memunculkan pribadi-pribadi manusia
Indonesia yang mempunyai jiwa entrepreneurship, memiliki daya juang tinggi dan
mandiri, dengan basis moral dan budaya bangsa.
Sumber
bacaan
http://blog.re.or.id/kapitalisme.htm, Kapitalisme. Di down load pada tanggal 27 Desember 2011
http://ariefhilmanarda.wordpress.com/2010/02/24/kapitalisme-sebagai-salah-satu-penyebab-kemiskinan-di-negara-dunia-ketiga/, Kapitalisme Sebagai Salah Satu Penyebab Kemiskinan di Negara Dunia Ketiga. Di down load pada tanggal 27 Desember 2011
http://rianadhivira.wordpress.com/2011/06/14/marx-marxisme-vs-kapitalisme-konsumerisme/ Marx, Marxisme vs Kapitalisme & Konsumerisme. Di down load pada tanggal 30 Desember 2011
http://arts.anu.edu.au/suarsos/chapters/2.htm,
Sifat-Sifat Dasar Sistem Kapitalis. Di
down load pada tanggal 25 Desember 2011
Mc Vey, Ruth, 1998. Kaum Kapitalis Asia Tenggara: Patronase
Negara dan Rapuhnya Struktur Perusahaan. Terjemahan oleh A.Setiawan Abadi.
Penerbit Yayasan Obor Indonesia, Jakarta
Mulyanto, Dede, 2010. Kapitalisme:
Perspektif Sosio-Historis. Penerbit CV Ultimus, Bandung
Rachbini, Didik, 2002. Ekonomi Politik: Paradigma dan Teori Pilihan
Publik. Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta
Suryono, Agus, 2010. Dimensi-dimensi Prima Teori Pembangunan. Penerbit
Universitas Brawijaya Press, Malang
.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar